Sabtu, Januari 27, 2018

Mata Najwa Oh Mata Najwa

~ MATA NAJWA DAN MISTERI REKLAMASI~
( 100 Hari Anies-Sandi memimpin DKI)

Karena permintaan kawan, saya akan mencoba mengupas Mata Najwa tadi malam yang acaranya sudah pindah ke Trans-7.
Tetapi ibarat "Onta" pindah kandang, Mata-nya tentu saja masih tetap milik "Onta" yang sama , begitu juga kalau Mata-nya milik "Babi, Babinya tetap saja Babi yang sama", hanya kandangnya yang berbeda tapi selera kemungkinan besar masih sama.
Kandang di Trans-7 mungkin sedikit lebih wangi karena pemilik Trans-7 tidak ikut terjun langsung ke pertarungan politik praktis, walaupun saya yakin tetap masih di belit unsur kepentingan.

Menonton Mata Najwa tadi malam, saya sependapat dengan banyak sahabat, Uda Karni Ilyas jauh lebih baik dan kelihatan berkelas membawakan Acara Talk Show Live Indonesia Lawyers Club yang selama ini dianggap menjadi saingan Mata Najwa.
Biarpun dengan suara berat yang serak dan intonasi yang sering tertahan di ujung tenggorokan, tapi Uda Karni benar-benar bertindak sebagai Presenter yang mencari jawaban sekaligus menggali informasi dari Narasumber.

Bukan seperti gaya Nana (panggilan akrab Najwa) tadi malam yang berulang-kali bertanya tapi malah dijawab sendiri.
Paling mengesalkan bagi penonton dan tentu saja bagi Narasumber-nya adalah pertanyaan-pertanyaan yang belum selesai di jawab tapi sudah di susul pertanyaan yang lain.
Sepertinya Nana bukan sedang mencari jawaban apalagi menggali informasi , gaya Nana jadi Presenter justru lebih mirip Jaksa di Persidangan yang mencari-cari celah kesalahan dan lucunya bertindak sekaligus jadi Hakim dengan berusaha membuat kesimpulan sendiri.
Selamat Dek Nana, Mata Najwa tadi malam berubah menjadi Parodi Persidangan picisan dan sepertinya kamu jauh lebih berbakat jadi Penyidik di KPK atau Kejaksaan tingkat kelurahan!

Untunglah tadi malam yang jadi Narasumber adalah seorang Anies Baswedan, Pemimpin cerdas yang tangkas ditambah dengan kemampuan beliau dalam mengendalikan emosi di atas rata-rata orang Indonesia. Biarpun beberapa kali beliau belum selesai ngomong sudah langsung di potong, tapi tetap saja beliau bisa santai dan bersikap plong. 
Saya tidak bisa membayangkan kalau Narasumbernya orang yang punya emosi labil dan sombong, misalnya Ahok yang di perlakukan begitu?
Mungkin saja kata-kata, "tai, nenek lo, bangsat" akan langsung berhamburan dan menyembur kemana-mana bercampur jigong,  bukan hanya ke mata tapi ke muka, gigi dan telinga Dek Nana. Atau kalau gaya Nana tadi malam dia lakukan dengan Narasumber yang punya perbendaharaan kata terbatas, misalnya Haji Siregar KW Dua, saya yakin semua orang di studio akan ikut mendadak bego, karena Narasumbernya akan lebih banyak planga-plongo ?

Kalau saya tidak salah, saya pernah menonton episode  Mata Najwa dengan Narasumbernya Ahok dan Haji Siregar KW Dua, tapi saya melihat di eposide-episode tersebut Nana justru lebih mirip seorang Stand Up Komedian, pertanyaannya sangat ringan dan lebih sering memancing untuk mendapatkan jawaban guyonan dan tepuk tangan,  mirip acara reuni ibu-ibu arisan yang saling memuji bedak dan perhiasan.

Baiklah, mungkin saja Mata Najwa belum bisa move on seperti si Ananda Sukarlan yang nyinyirnya keterlaluan ; musibah gempa di sekitar Jakarta saja di jadikan bahan candaan, khas Kelompok Double-Kotakers yang logikanya sering kebolak-balik karena Otak mereka seringkali melorot dari Kepala ke Tempurung lutut atau malah terjatuh ke kaki karena rasa iri dan dengki kepada Anies-Sandi.
Saya juga sepakat, mulai sekarang Mata Najwa lebih cocok berganti nama jadi Congor Najwa, sepertinya lebih meyempurnakan jiwa-mu, Dek Nana.

Bagaimanapun tadi malam ada sedikit segmen yang cukup menarik, dan kita harus berterima kasih secara khusus untuk Talk Show Mata Najwa ini, yaitu potongan wawancara Alfito Deannova Gintings dengan Oppung sang "Jenderal Segala Medan".
( silahkan tonton di https://youtu.be/Sodh7vE0jPg)

Sedikit menarik karena gaya arogansi dan pembelaan berlebihan Oppung terhadap reklamasi justru membuat banyak orang makin curiga, orang ini dapat apa?
Sangat tidak masuk akal sampai Rizal Ramli, Menko Maritim yang berani memoratorium Reklamasi harus tersingkir dan di gantikan "si Jenderal Segala Medan".
Kalau mendengar keterangan dari Pak Anies secara Undang-Undang,  Reklamasi sepenuhnya adalah kewenangan Pemda DKI tapi kenapa Pemerimtah Pusat sepertinya sangat berkepentingan?
Apakah ada Udang Kecil atau justru UDANG BESAR tanpa huruf "D" , di balik bakwan?

Berulang kali saya tonton kembali wawancara Alfito dengan Oppung di Youtube.
Diwawancara tersebut, saya tertarik dengan statement Oppung mengapa dia habis-habisan membela proyek reklamasi, alasannya karena secara pribadi malu kepada cucu-nya kelak kalau sampai di salahkan merusak iklim investasi di Negeri ini.
Pernyataan yang menurut saya sangat aneh dan ajaib, Pertama Proyek Reklamasi sama sekali tidak mewakili Investasi yang bersentuhan dengan kepentingan rakyat.
Kedua, Proyek Reklamasi setahu saya bukan kepentingan Oppung pribadi, kenapa harus merasa malu dan dianggap aib pribadi ?
Kalaupun dianggap aib, justru beban kesalahannya di Pundak Gubernur dan Wakil Gubernur DKI, Pak Anies-Sandi.
Tentu saja kecuali ada Udang Kecil apalagi UDANG BESAR tanpa huruf "D", yang harus di pertanggung jawabkan,ceritanya akan jadi berbeda.
Tapi saya yakin seperti kata Oppung di Wawancara tersebut, beliau sudah sangat cukup kaya untuk ukuran Prajurit, kalau boleh saya tambahkan bahkan  untuk ukuran Pejabat, Karena Perusahaan Oppung bertebaran di Bumi Kalimantan ini.
(http://m.bisnis.com/industri/read/20131103/44/184423/inilah-16-perusahaan-milik-luhut-pandjaitan).
Tapi jangan lupa, Bill Gates sekalipun masih tetap butuh uang,kawan!

Kalau menurut saya, Proyek Reklamasi harus di ungkap terang-benderang karena sepertinya  penuh dengan misteri, berulang kali melanggar aturan misalnya belum punya IMB, tapi sudah mendirikan bangunan bahkan sudah di perjual belikan sampai ke Luar Negeri.
Belum lagi Sertifikat tanah nya yang secara ajaib bisa selesai dalam satu malam.
(https://m.detik.com/news/berita/d-3619873/ini-alasan-bpn-cepat-keluarkan-sertifikat-hgb-reklamasi-pulau-d).
Alasan BPN ingin memberikan perubahan dalam pelayanan sangat memuakkan, Sialan...apa kalian pikir rakyat begitu bodoh untuk melihat UDANG BESAR tanpa huruf "D" di balik Bakwan?

Sebagai penutup buat Oppung, saya akan kasih tau apa itu aib yang memalukan?
Sebagai salah satu orang penting di rezim ini, kau wajib ikut menanggung malu atas tragedi Kejadian Luar Biasa (KLB) Busung Lapar di Papua.
Jadi tolong rasa malu kalian wahai para Pejabat untuk kepentingan semua rakyat, bukan hanya untuk segelintir konglomerat.
Kalian di sumpah untuk melayani rakyat di negeri ini bukan bertindak arogan atas nama kekuasaaan, apalagi sampai berbuat sewenang-wenang hanya karena uang.

#KamiBersamaAnies_Sandi
#KomunitasKomunikasiCintaIndonesia

Dari status fb Azwar Siregar (yg diarang tayang oleh Markzuker Bekker)

Tidak ada komentar:

Belajar Wordpress GRATIS di sini...

Belajar Bisnis Online