Senin, Agustus 14, 2017

Orang tua yang durhaka kepada anaknya

Orang Tua yang Durhaka Kepada Anaknya

DURHAKA pada orangtua adalah dosa besar. Tema tersebut telah menjadi topik andalan dalam berbagai kesempatan dari masa ke masa. Baik khotbah jumat, saat tarawih, kultum shubuh, dan lain sebagainya. Intinya, tema ini memang tidak pernah lekang oleh waktu.

Faktanya, tema ini bertumbukan dengan realita yang ada. Sebuah realita yang miris yang membuat hati seolah teriris, yaitu banyak sekali anak yang durhaka kepada orangtuanya.

Namun seperti kata pepatah, ada asap ada api. Artinya, segala sesuatu pasti memiliki sebab. Dalam kaitannya dengan sikap durhaka anak kepada orangtua, salah satu penyebabnya justru adalah sikap ‘durhaka orangtua terhadap anak’.  Seperti yang terjadi di zaman Khalifah ‘Umar ibn Khaththab radhiallahu ‘anhu.

Seseorang pernah datang kepada ‘Umar ibn Khaththab radhiallahu ‘anhu dan mengadukan anaknya, “Anakku ini benar-benar telah durhaka kepadaku.”

“Apakah engkau,” kata ‘Umar ibn Khaththab kepada sang anak, “tidak takut kepada Allah dengan durhaka kepada ayahmu, Nak? Karena itu adalah hak orang tua,”

“Wahai Amirul Mukminin,” balas sang anak membela diri, “Bukankah anak juga punya hak atas orang tuanya?”

“Benar, haknya adalah memilihkan ibu yang baik, memberi nama yang bagus, dan mengajarkan Al-Kitab (Al-Quran).”

“Demi Allah, ayahku tidak memilihkan ibu yang baik. Ibuku adalah hamba sahaya jelek berkulit hitam yang dibelinya dari pasar seharga 400 dirham. Ia tidak memberi nama yang baik untukku. Ia menamaiku Ju’al. Dan dia juga tidak mengajarkan Al-Quran kepadaku kecuali satu ayat saja.” Ju’al adalah sejenis kumbang yang selalu bergumul pada kotoran hewan. Bisa juga diartikan seorang yang berkulit hitam dan berparas jelek atau orang yang emosional. ( Al-Qamus Al-Muhith, hal. 977).

‘Umar menoleh ke sang ayah dan berkata, “Engkau mengatakan anakmu telah durhaka kepadamu tetapi engkau telah durhaka kepadanya sebelum ia mendurhakaimu. Enyahlah dari hadapanku!” ( As-Samarqandi, Tahbihul Ghafilin, 130)

Orangtua; Ganjaran Besar Tanggung Jawab Berat.

“Ridha Allah pada ridha orangtua dan murka Allah pada murka orangtua.” (HR. Al Baihaqi)

Hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam tersebut telah familiar didengar kaum muslimin. Sebuah sabda yang menjelaskan agungnya kedudukan orangtua dalam agama.

Namun begitu, beberapa orangtua terkadang terlalu berlebihan dalam memahami hadits tersebut. Apapun yang terjadi, anak wajib taat pada orangtua, termasuk jika sang anak berusaha melaksanakan syariat dan orangtua di posisi yang salah, anak wajib taat pada orangtua. Ini tentu sebuah pemahaman yang keliru.

Islam adalah jalan hidup yang komprehensif, menyeluruh, syumul, termasuk dalam masalah ini. Islam tidak menghendaki kaum muslimin untuk menuntut hak saja, tanpa ada kewajiban yang berarti. Dalam kasus ini, selain orangtua mendapat hak istimewa dari Allah Ta’ala berupa bakti dari anak, orangtua juga memiliki kewajiban besar, yaitu mendidik, mengayomi, dan memimpin anak dalam syariat-Nya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Seorang suami dalam keluarganya adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungan jawab atas mereka. Seorang istri adalah pemimpin di dalam rumah tangga suaminya dan terhadap anak-anaknya dan dia akan diminta pertanggungan jawab atas mereka.” {HR. Bukhari}

Baik tidaknya anak juga sangat tergantung dengan peranan orangtua mereka. Dalam sabda Nabi yang lain dijelaskan, “Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah (Islam), orang tuanyalah yang akan menjadikannya seorang Yahudi dan Nasrani.” {HR. Abu Dawud}

Dari situ secara implisit dapat dinyatakan bahwa faktor kedurhakaan bisa jadi timbul akibat didikan orangtua yang salah. Lantas, langkah apa yang harus dilakukan orangtua agar tidak tergolong sebagai orangtua yang durhaka?

Pendidikan Agama

Sudah menjadi rahasia umum, pendidikan agama menjadi sarana penting guna membentuk insan yang mulia dan berakhlak baik.

Walaupun begitu, masih sangat banyak orangtua yang mengabaikan permasalahan ini. Dalam pemilihan tempat pendidikan, Banyak orangtua yang lebih memilih menyekolahkan anakanya di sekolah bergengsi, berbau kebarat-baratan, yang di dalamnya cenderung mengesampingkan pendidikan agama. Agaknya, alasan pekerjaan di masa mendatang masih menjadi alasan klasik bagi orangtua dengan tipe seperti ini.

Namun melihat berbagai hal yang terjadi dewasa ini, berbagai alasan baru dikemukakan guna mengesampingkan pendidikan agama. Yang paling populer adalah orangtua tidak menginginkan anaknya terlalu fanatik pada agama yang berujung pada kegiatan terorisme. Astaghfirullah. Sebuah konsep bahwa ‘semakin taat agama semakin besar peluang menjadi teroris’ agaknya benar-benar tertancap di kepala tiap orang dewasa ini, kecuali mereka yang dirahmati Allah Ta’ala.

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Siapa yang mengabaikan edukasi yang bermanfaat untuk anaknya dan membiarkannya begitu saja, maka ia telah melakukan `tindakan terburuk terhadap anaknya itu. Kerusakan anak-anak itu kebanyakan bersumber dari orang tua yang membiarkan mereka dan tidak mengajarkan kewajiban-kewajiban dan sunnah din ini kepada mereka. Mereka tidak memperhatikan masalah-masalah agama tersebut saat masih kecil, sehingga saat sudah besar mereka sulit meraih manfaat dari pelajaran agama dan tidak bisa memberikan manfaat bagi orang tua mereka.” (Tuhfatul Maudud, I: 229)

Lingkungan

Tak pelak, baik buruknya lingkungan menjadi faktor penentu kadar keimanan seseorang. Hal ini dijelaskan dalam sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa salam, “Sesungguhnya perumpamaan berkawan dengan orang saleh dan berkawan dengan orang jahat adalah seperti seorang penjual minyak wangi (misk) dan seorang peniup dapur tukang besi. Penjual minyak wangi, dia mungkin akan memberikan kamu atau kamu akan membeli darinya atau kamu akan mendapatkan aroma harum darinya. Tetapi peniup dapur tukang besi, mungkin dia akan membakar pakaianmu atau kamu akan mencium bau yang tidak sedap.” {Shahih Muslim No.4762}

Oleh karenanya, wajib kiranya orangtua mencarikan dan memandu anak dalam mendapatkan lingkungan yang baik. Hal ini seperti lingkungan di rumah maupun di sekolah. Dalam hal ini, hendaknya orangtua juga berperan sebagai ‘penjual minyak wangi’ bagi sang anak.

Teladan

Orangtua harus menjadi teladan, kapan pun dan dimanapun, bagi buah hati mereka. Ini sudah menjadi hal yang tak bisa ditawar, terlebih di zaman penuh kerusakan ini.

Namun faktanya, banyak orangtua kurang berhasil dalam hal ini. Contoh sederhananya, orangtua menyuruh anak mandi sedangkan mereka sendiri belum mandi dengan berbagai alasan, masih sibuk misalkan. Hal ini jelas menimbulkan citra negatif terhadap anak. Orangtua terkesan inkonsisten antara perintah dan perilakunya. Mungkin hal ini bisa diterapkan pada anak tahun 1900-an. Tapi mengingat anak zaman sekarang cenderung kritis dan suka membantah, agaknya perilaku orangtua yang cenderung inkonsisten ini harus dihilangkan.

Masih terkait keteladanan. Banyak sekali anak pertama yang menginjak remaja dituntut menjadi teladan bagi adik-adiknya. Ini tentunya bukan hal yang mudah, mengingat masa remaja adalah masa pencarian jati diri, justru orangtua memberikan beban agar si anak menjadi teladan. Idealnya, orangtua tetap menjadi teladan, berapapun usia si anak.

Dalam beberapa kasus, anak dituntut agar bertindak sempurna, sementara orangtua hanya bertugas sebagai komentator. Hal ini terlihat jika si anak cukup aktif dalam kegiatan ke-Islaman. Saat si anak berbuat salah, tak jarang orangtua justru memberi komentar yang tidak membangun, seperti “Percuma kamu ikut pengajian tapi akhlakmu…”, “Katanya kamu pengurus Rohis, kok…”, “Mending kamu nggak usah berjilbab jika kelakuanmu…”, dan semacamnya. Statement seperti ini sangat berpotensi merobohkan semangat menuntut ilmu agama si anak. Padahal sudah kita ketahui bersama, remaja yang belajar agama atas dasar kemauan sendiri sungguh sangat langka di tengah gempuran materialisme zaman ini. Dalam hal ini, setinggi atau seaktif apapun anak dalam kegiatan ke-Islaman, orangtua tetaplah harus menjadi teladan. Tak peduli latar belakang orangtua yang bukan lulusan madrasah atau pesantren, beban untuk memberikan keteladanan tak akan lepas.

Ini adalah sebagian hak yang harus ditunaikan oleh orangtua terhadap anak. Ganjaran besar untuk orangtua, juga diimbangi dengan perjuangannya dalam mendidik anak hingga terbentuklah generasi Islami dan berakhlak. Bila tidak, sangat dikhawatirkan bila orangtua tersebut menjadi orangtua yang durhaka.

Kita banyak menemukan anak yang ingkar kepada orang tua. Kita kadang-kadang jengkel kepada mereka bila tidak pernah sejalan dengan kemauan orang tua. Bila anak tidak mengerjakan perintah, otak kita yang telah terisi oleh akumulasi ilmu dan pengetahuan agama sejak anak-anak dahulu hingga sekarang menjadi orang tua, mungkin langsung memberikan perintah kepada tangan untuk memukul dan mulut untuk mengucapkan kata-kata makian, celaan dan umpatan. Kondisi ini perlu diwaspadai bila tindakan dan ucapan dari perintah otak itu sudah turun ke hati dan menjadi sebuah keyakinan lalu memunculkan sebuah kesimpulan, bahwa sang anak telah durhaka kepada orang tua. Semoga tidak terjadi pada kita.

Anakku, mana baktimu? Statemen seperti ini kadang-kadang membangun pemahaman yang tidak berimbang pada orang tua. Mereka selalu menuntut agar hak agama ini terpenuhi dan bila tidak terpenuhi selalu anak yang disalahkan.

Memang benar, berbakti kepada orang tua adalah kewajiban bagi anak dan durhaka kepada orang tua adalah salah satu dosa besar yang terbesar. Tetapi jangan lupa bahwa Islam tidak melihat satu sisi saja lalu melalaikan sisi lain. Islam juga mewajibkan bagi orang tua untuk berbuat baik kepada anak-anaknya, dan juga  tidak durhaka kepada mereka.

Seseorang pernah datang kepada Umar bin Al-Khaththab ra dan mengadukan anaknya, “Anakku ini benar-benar telah durhaka kepadaku.”

“Apakah engkau tidak takut kepada Allah dengan durhaka kepada ayahmu, Nak? Karena itu adalah hak orang tua,” kata Umar kepada sang anak.

“Wahai Amirul Mukminin, bukankah anak juga punya hak atas orang tuanya?”

“Benar, haknya adalah memilihkan ibu yang baik, memberi nama yang bagus, dan mengajarkan Al-Kitab (Al-Quran).”

“Demi Allah, ayahku tidak memilihkan ibu yang baik. Ibuku adalah hamba sahaya jelek berkulit hitam yang dibelinya dari pasar seharga 400 dirham. Ia tidak memberi nama yang baik untukku. Ia menamaiku Ju’al. Dan dia juga tidak mengajarkan Al-Quran kepadaku kecuali satu ayat saja.” Ju’al adalah sejenis kumbang yang selalu bergumul pada kotoran hewan. Bisa juga diartikan seorang yang berkulit hitam dan berparas jelek atau orang yang emosional. ( Al-Qamus Al-Muhith, hal. 977).

Umar menoleh ke sang ayah dan berkata, “Engkau mengatakan anakmu telah durhaka kepadamu tetapi engkau telah durhaka kepadanya sebelum ia mendurhakaimu. Enyahlah dari hadapanku!.” ( As-Samarqandi, Tahbihul Ghafilin, 130)

Ibnul Qayyim berkata, “Siapa yang mengabaikan edukasi yang bermanfaat untuk anaknya dan membiarkannya begitu saja, maka ia telah melakukan `tindakan terburuk terhadap anaknya itu. Kerusakan anak-anak itu kebanyakan bersumber dari orang tua yang membiarkan mereka dan tidak mengajarkan kewajiban-kewajiban dan sunnah din ini kepada mereka. Mereka tidak memperhatikan masalah-masalah agama tersebut saat masih kecil, sehingga saat sudah besar mereka sulit meraih manfaat dari pelajaran agama dan tidak bisa memberikan manfaat bagi orang tua mereka.” (Tuhfatul Maudud, I: 229)

Karena itu, jangan tergesa-gesa mencela anak. Ada banyak hak anak atas orang tuanya. Bila salah satu sisinya diabaikan, lalu anak menjadi bandel, menyimpang, dan keras kepala, ada kemungkinan kita tidak memperhatikan sisi tersebut.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wassalam bersabda:

وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ
“Seorang suami dalam keluarganya adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungan jawab atas mereka. Seorang istri adalah pemimpin di dalam rumah tangga suaminya dan terhadap anak-anaknya dan dia akan diminta pertanggungan jawab atas mereka.” (HR Bukhari dll.)

Saat Rasulullah shallallahu 'alaihi wassalam melihat para shahabat yang telah rindu setelah lama di luar rumah, beliau bersabda kepada mereka:

ارْجِعُوا إِلَى أَهْلِيكُمْ فَأَقِيمُوا فِيهِمْ وَعَلِّمُوهُمْ وَمُرُوهُمْ

“Kembalilah kepada keluarga kalian dan tinggallah bersama mereka, ajarilah mereka dan perintahkan (untuk shalat).” (HR Bukhari)

Sebagai kepala keluarga, tugas di luar rumah adalah mencari rezeki dan bila ia pulang ke rumah melihat banyak kekurangan, hendaknya ia tidak menyalahkan siapa pun selain dirinya sendiri.

Ibu, sepanjang harinya bertarung dan mencurahkan segala upaya untuk memenuhi keinginan anak di rumah. Pemberian gizi yang baik, membangun fisik yang sehat, dan memenuhi nutrisi keimanan dalam hati mereka sejak kecil.

Mengajarkan bagaimana menghormati orang yang lebih tua, menanamkan cinta belajar sejak kecil, dan membekali dengan ilmu dan pengetahuan. Misalnya, menggunakan beberapa lafaz yang disarikan dari hadits Nabi saw yang berkaitan dengan etika, edukasi, dan moral. Pergaulan yang baik, menghormati orang lain, tidak suka ikut campur dalam urusan

Copas dari wag

Tahukah Anda menciptakan peluang penghasilan online itu gampang

Memulai bisnis online itu sesungguhnya sangat mudah dan resikonya pun sangatlah kecil. karena modal bisnis online itu sesungguhnya hanya kalimat saja. Seandainya ada dana pemasaran, itu masih sangat murah dibandingkan usaha dagang biasa. Coba hitung, untuk pergunakan toko saja, kamu butuh kebutuhan untuk jutaan rupiah. sebaliknya belum dana promosi itu. sementara kalau di bidang usaha online, cukup beli lingkungan seharga 150 ribu anda sudah bisa memulai usaha dagang.

Sebab itu, anda butuh mulai belajar berbisnis online. salah satu usaha dagang yang dapat dijalankan dengan Teknologi Internet adalah bebas bayar. Hampir semua leader yang berhasil, membutuhkan Teknologi Informasi untuk menumbuhkan jaringan bisnisnya. karena dunia online akan dapat menembus ruang dan terirori sehingga akan dapat menyentuh lebih banyak orang.

Dapatkan income online dengan gampang

Hubungi: Taufan
087831318000
http://taufan.sobatbayar.com/
https://www.facebook.com/TaufanPutera

Jasa Tagihan Online di Kabupaten Bangka Barat

Internet dapat mempermudah pada siapapun untuk melaksanakan macam-macam dengan tepat guna. Semua Orang bisa beraktifitas apa saja semisal komunikasi bersama orang tua di kampung, mencari info terbaru hingga mengerjakan memesan buah tangan apa saja dari negara manapun. Misalkan kita dari Kabupaten Bangka Barat punya keinginan mencari topi buatan Korea, maka cukup terhubung dengan Dunia Digital dan product tersebut saat itu juga diantarkan ke rumah para sahabat.

Begitupun dalam hal membayar bulanan. Kecanggihan telepon cerdas tak disangka dapat mempermudah kepada kita pada waktu menunaikan kewajiban bulanan apa saja. Misalnya para sahabat harus membayar kewajiban HP Pasca bayar di Kabupaten Bangka Barat, maka cukup jalankan smartphone, mainkan programnya dan kewajiban andapun tertunaikan seketika itu juga. Tidak harus menunggu di kios pembayaran, Tak diperlukan lagi repot-repot meninggalkan rumah, bahkan dari teras rumah memungkinkan.

Info Lengkap Loket Penagihan di Kabupaten Bangka Barat

Untuk itu, silahkan kita menghubungi agen kami di Kabupaten Bangka Barat untuk mendapatkan informasi aplikasi canggih yang akan mempermudah hidup saudara mulai hari ini hingga bertahun-tahun yang akan datang.

Hubungi: Taufan
087831318000
http://taufan.sobatbayar.com/
https://www.facebook.com/TaufanPutera

Ini Dia perbedaan orang hartawan dan orang miskin

orang kandas sibuk mencari uang dan apabila menang akan sibuk mengikis uang yang didapatnya. pertanyaan orang batal jikalau mempunyai uang adalah untuk beli apa?. orang hartawan sibuk membangun jaringan usaha dagang. ketika mendapatkan uang, orang kaya selalu bertanya, mau diinvestasikan kemana?. sama-sama akan dihabiskan, tapi orang hartawan akan melenyapkan uangnya untuk sesuatu yang mendapatkan uang. dapat jadi dibelikan saham, didepositokan, dibelikan properti yang mampu memberikan, dll.

jika kamu ingin menjadi orang kaya raya, maka mulailah dengan menumbuhkan sebuah jaringan usaha dagang. salah satunya adalah bisnis pulsa dan ppob. karena usaha dagang ini tidak memerlukan modal, sehingga lebih mudah ditawarkan. asalkan mau saja pakai peluang bisnisnya, sudah mampu jadi bagian jaringan kita. tertarik untuk berikhtiar membangun bisnis dan mampu memberikan kesuksesan dimasa mendatang? silahkan hubungi kami

Informasi lengkap silahkan menghubungi

Hubungi: Taufan
087831318000
http://taufan.sobatbayar.com/
https://www.facebook.com/TaufanPutera

Belajar Wordpress GRATIS di sini...

Belajar Bisnis Online